Pages

Thursday, February 6, 2014

514 KM ( Jakarta - Garut - Jakarta ) _ Subuh yang Syahdu





Malam segera berganti, waktu menunjukan jam 04.00 dan aku mulai tersadar dari mimpiku mimpiku semalam. Di kejauhan sana terlihat langit mulai menguning, sebentar lagi pagi. Dengan sisa-sia lelah dan kantuk kupaksakan diriku untuk keluar dari sleeping bag yang membungkusku melindungiku dari dinginnya angin semalam.

Pagi ini cerah, Alhamdulillah. Tak lupa kutunaikan kewajibanku menghadap Allah Yang Maha Esa, sungguh sejuk rasanya hati ini… Subhanallah…

Dilihat dari Mushola

Langit makin terlihat cerah menimbulkan panorama yang indah, lukisan penuh warna Sang Pencipta. Gumpalan awan itu semakin tebal bergelombang berkumpul membentuk barisan seolah-olah terlihat bagai kasur yang empuk, wow.. aku di atas awan kawan. Di timur sana Gunung Cikuray mulai menampakan dirinya yang gagah menjulang mengerucut menusuk langit bersanding deretan pegunungan Malabar yang terlihat sedikit malu menampakan dirinya. Aku tak mau menyia-nyiakan moment ini, segera kuambil gambar mengabadikan syahdunya suasana subuh hari ini.

Lautan awan

Gunung Cikuray

Pegunungan Malabar

Bis di atas awan


Tak puas aku mengabadikan moment ini, segera kupacu kuda besiku mendaki bukit lebih tinggi lagi. Sampai pada gerbang batas kawasan kawah daratjat. Tidak banyak orang disini, sepertinya banyak yang tidak sadar bahwa disinilah spot terbaik untuk memandang indahnya panorama dari Puncak Darajat, aku takjub….

Cibi - Gunung Guntur - Pegunungan Malabar
Hosticus
Pengunjung lain

Hamparan sawah sejajar awan

Sampai akhirnya matahari menunjukan dirinya, menghangatkan seluruh penjuru kota Garut. Akupun kembali ke kolam pemandian, berendam sejenak memmulihkan sisa-sisa dingin semalam untuk melanjutkan perjalanan berikutnya menuju Camp David ( pos pendakian gunung Papandayan )

Bersambung....

514 KM ( Jakarta - Garut - Jakarta ) _ Darajat Pass




Malam itu langit sedikit cerah tidak seperti biasanya yang selalu diguyur hujan. Kupacu kuda besiku menuju rumah Choirul, bermalam sejenak  memulihkan tenaga untuk perjalanan panjang esok hari. Sesampainya disana aku bertemu Enru teman Choirul yang akan bergabung di perjalanan esok. Tidak banyak yang kami lakukan, hanya berbincang sejenak tentang perjalanan esok kemudian kami saling terlelap dalam mimpi masing-masing.

Tepat jam 3.30 alarm di handphoneku berbunyi. Pagi itu begitu dingin, karena saat kami tertidur semalam hujan mengguyur kota Bekasi begitu derasnya. Berat sekali rasanya badan ini untuk beranjak dari tempat tidur, namun semangat kami untuk berpetualang mengalahkan segalanya.

Setelah mengecek kembali segala yang diperlukan selama perjalanan, sekitar jam 4.00 kami berlalu meninggalkan Bekasi menuju Kota Garut, aku sendiri mengendarai si cebe sementara Choirul membonceng Enru dengan vega jete nya. Tujuan kami saat itu adalah Darajat Pass dan Camp David di kaki gunung Papandayan.

Waktu menunjukkan jam 5.30, saat itu kami sudah tiba di kota Bogor untuk berhenti sejenak menunaikan shalat subuh di Masjid Raya Bogor. Bogor pagi ini sedikit gerimis kintis-kinyis, sejuk rasanya batinku menikmatinya. Ah… tapi aku tidak mau terlena terlalu lama disini, karena tujuan masih sangat jauh. Jam 7.00 waktu itu, kembali  kami libas jalanan kota Bogor, melewati jalan raya puncak yang berkabut, Cipanas sampai akhirnya tiba jalan raya Bandung yang sudah termasuk dalam Kabupaten Cianjur. Tiba- tiba matahari menampakan dirinya, saat itu waktu menunjukan jam 8.30. Kami berhenti sejenak di sebuah Masjid, melipat jas hujan yang masih sedikit basah kemudian mengisi perut dengan bubur ayam hangat khas Cianjur, Alhamdulillah.



Setelah hujan

Hhhhh… aku sangat menikmati sekali perjalanan ini, sampai akhirnya kami tiba di jalan Rancaekek untuk makan siang kemudian dialnjutkan menunaikan ibadah Shalat Jum’at.


Saat akan melanjutkan perjalanan kembali rem belakang motor Choirul sedikit bermasalah, unutng kami membawa peralatan yang lumayan lengkap untuk menghadapi situasi seperti ini. Sekitar setengah jam akhirnya masalahpun dapat teratasi.

Rem motor Choirul bermasalah
Rute selanjutnya Rancaekek – Nagrag – Garut. Sepanjang jalan kami melewati hamparan sawah yang mulai menghijau, bukit-bukit menjulang mencakar langit, Sungai yang berkelok jauh dibawah lembah sana, Ya Allah sungguh indah ciptaan-Mu.

Grrrrrrrr… memasuki Samarang, udara mulai dingin berkabut tipis. Sekitar 2 KM setelah pertigaan Samarang menuju Puncak Darajat, Kami mengisi bahan bakar kembali di sebuah pom bensin unik milik warga disana. Sepanjang jalan dari Garut hingga Samarang banyak sekali ditemukan Pom bensin mini yang terdapat pada rumah warga yang terletak di pinggir jalan, harga premium per liternya Rp. 7000. 

Pom bensin unik... unyu..unyu..


Sekitar jam 15.00 akhirnya kami tiba di Darajat Pass, sebuah pemandian air panas yang berada pada ketinggian 1640 mdpl di kaki gunung Papandayan. Kabut pekat menyambut kedatangan kami disana sehingga tidak banyak pemandangan yang dapat kami lihat. Setelah berunding akhirnya kami putuskan untuk bermalam di Darajat Pass untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju Camp David esok pagi. Harga tiket masuk berikut parkir hanya Rp 22.000 sudah bisa menikmati air panas disini sampai jam 23.00. 

Narsis dulu haha..
Bukit berkabut
Ternyata kabut tebal yang manyambut kami berlanjut hujan, Alhamdulillah kami sudah sampai disini. Aku memutuskan untuk shalat Ashar terlebih dahulu, disini mushola nya cukup besar dan nyaman. Setelah shalat aku menuju kantor informasi untuk menyewa penginapan. Harga penginapan disini mulai dari RP. 250.000 sampai 1.500.00 per malam. Namun karena saat ini bertepatan dengan libur panjang imlek, semua kamar penginapan yang tersedia sudah habis. Akhirnya dengan sangat berat hati kami memutuskan untuk menyewa saung kecil dengan harga Rp. 50.000 sepuasnya.

Pas di Darajat
Udara yang dingin membuat kami tidak bisa menahan hasrat untuk segera berendam di kolam air panas. Ah… tapi isi perut dulu, wajib sebelum berendam yang akan menghabiskan banyak kalori.

Enru tukang makan
Perut sudah cukup terisi, sudah saatnya menikmati kolam air hangat. Rasa lelah setelah hampir 10 jam perjalanan lenyap seketika, ohh.. nikmatnya…

Berenang dulu bro..
Waktu menunjukan jam 18.00, sudah saatnya untuk membilas badan yang sudah sangat segar ini untuk kemudian menunaikan kewajiban shalat magrib. 

Perut mulai terasa lapar kali, langsung saja kupesan 2 porsi indomie telur yang nikmat sekali, sampai akhirnya masing-masing kita terlelap dalam dingin malam berselimut kabut.

Suasana malam sebelum kabut datang
Berselimut kabut