Malam itu langit sedikit cerah
tidak seperti biasanya yang selalu diguyur hujan. Kupacu kuda besiku menuju
rumah Choirul, bermalam sejenak
memulihkan tenaga untuk perjalanan panjang esok hari. Sesampainya disana
aku bertemu Enru teman Choirul yang akan bergabung di perjalanan esok. Tidak
banyak yang kami lakukan, hanya berbincang sejenak tentang perjalanan esok kemudian
kami saling terlelap dalam mimpi masing-masing.
Tepat jam 3.30 alarm di
handphoneku berbunyi. Pagi itu begitu dingin, karena saat kami tertidur semalam
hujan mengguyur kota Bekasi begitu derasnya. Berat sekali rasanya badan ini
untuk beranjak dari tempat tidur, namun semangat kami untuk berpetualang
mengalahkan segalanya.
Setelah mengecek kembali segala
yang diperlukan selama perjalanan, sekitar jam 4.00 kami berlalu meninggalkan
Bekasi menuju Kota Garut, aku sendiri mengendarai si cebe sementara Choirul
membonceng Enru dengan vega jete nya. Tujuan kami saat itu adalah Darajat Pass
dan Camp David di kaki gunung Papandayan.
Waktu menunjukkan jam 5.30, saat
itu kami sudah tiba di kota Bogor untuk berhenti sejenak menunaikan shalat
subuh di Masjid Raya Bogor. Bogor pagi ini sedikit gerimis kintis-kinyis, sejuk
rasanya batinku menikmatinya. Ah… tapi aku tidak mau terlena terlalu lama
disini, karena tujuan masih sangat jauh. Jam 7.00 waktu itu, kembali kami libas jalanan kota Bogor, melewati jalan
raya puncak yang berkabut, Cipanas sampai akhirnya tiba jalan raya Bandung yang
sudah termasuk dalam Kabupaten Cianjur. Tiba- tiba matahari menampakan dirinya,
saat itu waktu menunjukan jam 8.30. Kami berhenti sejenak di sebuah Masjid,
melipat jas hujan yang masih sedikit basah kemudian mengisi perut dengan bubur
ayam hangat khas Cianjur, Alhamdulillah.
Setelah hujan |
Hhhhh… aku sangat menikmati
sekali perjalanan ini, sampai akhirnya kami tiba di jalan Rancaekek untuk makan
siang kemudian dialnjutkan menunaikan ibadah Shalat Jum’at.
Saat akan melanjutkan perjalanan
kembali rem belakang motor Choirul sedikit bermasalah, unutng kami membawa
peralatan yang lumayan lengkap untuk menghadapi situasi seperti ini. Sekitar
setengah jam akhirnya masalahpun dapat teratasi.
Rem motor Choirul bermasalah |
Rute selanjutnya Rancaekek – Nagrag – Garut. Sepanjang
jalan kami melewati hamparan sawah yang mulai menghijau, bukit-bukit menjulang
mencakar langit, Sungai yang berkelok jauh dibawah lembah sana, Ya Allah
sungguh indah ciptaan-Mu.
Grrrrrrrr… memasuki Samarang,
udara mulai dingin berkabut tipis. Sekitar 2 KM setelah pertigaan Samarang
menuju Puncak Darajat, Kami mengisi bahan bakar kembali di sebuah pom bensin unik
milik warga disana. Sepanjang jalan dari Garut hingga Samarang banyak sekali
ditemukan Pom bensin mini yang terdapat pada rumah warga yang terletak di
pinggir jalan, harga premium per liternya Rp. 7000.
Pom bensin unik... unyu..unyu.. |
Sekitar jam 15.00 akhirnya kami
tiba di Darajat Pass, sebuah pemandian air panas yang berada pada ketinggian
1640 mdpl di kaki gunung Papandayan. Kabut pekat menyambut kedatangan kami
disana sehingga tidak banyak pemandangan yang dapat kami lihat. Setelah berunding akhirnya kami
putuskan untuk bermalam di Darajat Pass untuk kemudian melanjutkan perjalanan
menuju Camp David esok pagi. Harga tiket masuk berikut parkir hanya Rp 22.000
sudah bisa menikmati air panas disini sampai jam 23.00.
Narsis dulu haha.. |
Bukit berkabut |
Ternyata kabut tebal yang
manyambut kami berlanjut hujan, Alhamdulillah kami sudah sampai disini. Aku
memutuskan untuk shalat Ashar terlebih dahulu, disini mushola nya cukup besar
dan nyaman. Setelah shalat aku menuju kantor informasi untuk menyewa
penginapan. Harga penginapan disini mulai dari RP. 250.000 sampai 1.500.00 per
malam. Namun karena saat ini bertepatan dengan libur panjang imlek, semua kamar
penginapan yang tersedia sudah habis. Akhirnya dengan sangat berat hati kami
memutuskan untuk menyewa saung kecil dengan harga Rp. 50.000 sepuasnya.
Pas di Darajat |
Udara yang dingin membuat kami
tidak bisa menahan hasrat untuk segera berendam di kolam air panas. Ah… tapi
isi perut dulu, wajib sebelum berendam yang akan menghabiskan banyak kalori.
Enru tukang makan |
Perut sudah cukup terisi, sudah
saatnya menikmati kolam air hangat.
Rasa lelah setelah hampir 10 jam perjalanan lenyap seketika, ohh.. nikmatnya…
Berenang dulu bro.. |
Waktu menunjukan jam 18.00, sudah
saatnya untuk membilas badan yang sudah sangat segar ini untuk kemudian menunaikan
kewajiban shalat magrib.
Perut mulai terasa lapar kali,
langsung saja kupesan 2 porsi indomie telur yang nikmat sekali, sampai akhirnya
masing-masing kita terlelap dalam dingin malam berselimut kabut.
Suasana malam sebelum kabut datang |
Berselimut kabut |
Nice tripp..
ReplyDeleteKerennn